Petualangan Di Curug Sanghyang Taraje - Hei, Welcome To Xivan Post Blog, In this page, I Will inform you about Petualangan Di Curug Sanghyang Taraje, I hope you can enjoy reading this
Article Jalan-jalan, it's the result of automatic content collection, To remind these info on the post review Petualangan Di Curug Sanghyang Taraje it's advisable to be distributed to social media, I hope Helpful, view more clearly direct the info below.
The image is Pixabay propert |
Secara administratif, Curug Sanghyang Taraje berada di Kampung Kombongan, Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan berada pada koordinat 07°22′35.6″S 107°40′43.4″E. Lokasi Curug Sanghyang Taraje berada sekitar ± 48 Km dari pusat Kota Garut dan ± 3, 2 Km dari pusat Kecamatan Pamulihan. Curug Sanghyang Taraje masih berada dekat dengan kawasan Gunung Papandayan.
Untuk menuju Curug Sanghyang Taraje, dapat juga menggunakan angkutan umum, yaitu ELF jurusan Pakenjeng atau Pamulihan (sedikit lebih sulit dibandingkan ELF Pakenjeng) dari Terminal Guntur, Kota Garut. Alternatif lainnya yaitu menggunakan ELF jurusan Bungbulang dan turun di pertigaan Cisandaan (sebelum kantor Kecamatan Pakenjeng), kemudian menyewa ojek atau menumpang kendaraan pick up untuk sampai di lokasi Curug Sanghyang Taraje. Pilihan yang paling praktis yaitu menggunakan sepeda motor. Mobil tidak terlalu direkomendasikan mengingat kondisi jalan yang tidak terlalu baik.
Perjalanan paling dekat dimulai dari Kota Garut, ambil jalur Garut menuju Cikajang. Lalu lintas dari Kota Garut hingga pertigaan Pasar Cisurupan sedikit ramai, terutama pada akhir pekan. Selepas pertigaan Pasar Cisurupan, arus lalu lintas akan sedikit lebih sepi sampai ke pertigaan Cikajang. Setibanya dipertigaan Cikajang, ambil jalan ke arah kanan, sudah ada papan penunjuk jalan sederhana bertuliskan Curug Kembar dan Curug Orok pada arah yang menuju Bungbulang pada papan penunjuk jalan.
Ikuti jalan hingga masuk area Kostrad kemudian Desa Cikandang. Kondisi jalan dari Kota Garut hingga Desa Cikandang relatif baik, hanya ada beberapa titik yang kondisi jalannya berlubang dan aspalnya sedikit mengelupas. Terdapat Curug Orok di Desa Cikandang yang merupakan destinasi wisata yang lebih terkenal di Kabupaten Garut Selatan. Setelah gerbang masuk Curug Orok, jalan akan masuk area PTPN VIII Kebun Papandayan. Sepanjang perjalanan akan disuguhi Gunung Cikuray di sisi kiri dan Gunung Papandayan di sisi kanan.
Petunjuk berikutnya setelah Curug Orok yaitu PLTm Sumadra. Tidak jauh dari PLTm Sumadra akan terdapat pertigaan yang ditandai oleh pasar. Pertigaan ini dikenal dengan nama Pertigaan Cisandaan dan sudah mulai masuk wilayah Kecamatan Pakenjeng. ELF jurusan Bungbulang, Pamulihan dan Pakenjeng akan berhenti di pertigaan ini sebelum melanjutkan perjalanan. Ambil kana di pertigaan tepat di pasar lalu ikuti terus hingga masuk kembali ke areal perkebunan teh.
Kondisi jalan akan semakin buruk selepas pertigaan Cisandaan dan terdapat beberapa daerah rawan longsor di jalan sepanjang perkebunan teh. Medan jalan akan melewati perbukitan dan menyusuri pinggiran tebing dan jurang yang cukup dalam di sisi lainnya. Tebing-tebing di jalur inilah yang cukup beresiko longsor. Kondisi jalannya pun akan banyak berlubang, bahkan ada beberapa yang lapisan aspalnya sudah hilang.
Pada musim hujan, medan inilah yang harus diwaspadai. Petunjuk berikutnya yaitu Gapura Desa Pakenjeng. Dari Gapura ini terus ikuti jalan utama sampai tiba di pertigaan menuju Kampung Kombongan. Sebaiknya, setelah gapura Desa Pakenjeng, banyak bertanya arah menuju Curug Sanghyang Taraje kepada penduduk setempat. Kebanyakan penduduk sudah mengetahui lokasi Curug Sanghyang Taraje, sehingga tidak akan sulit.
Jalan menuju Kampung Kombongan jauh lebih kecil, bahkan hanya cukup untuk satu kendaraan pick up saja. Medan jalan dari pertigaan Desa Pakenjeng hingga lokasi Curug Sanghyang Taraje lebih didominasi oleh turunan. Jalur ini merupakan jalur yang berada di tepi jurang yang sangat dalam. Area disepanjang jalan dari pertigaan Desa Pakenjeng hingga Curug Sanghyang Taraje merupakan area sawah dan hutan, sehingga lalu lintasnya cukup sepi dan akan sangat gelap menjelang malam karena tidak ada penerangan jalan.
Tanda bahwa jalan masuk menuju area Curug Sanghyang Taraje adalah jalan yang dilalui berada diantara dua aliran sungai, yaitu Sungai Cipareeun di sisi kiri dan Sungai Cikandang di sisi kanan. Curug Sanghyang Taraje akan mulai nampak pada aliran sungai di sisi kiri. Tidak jauh dari titik pertama kali melihat Curug Sanghyang Taraje, di sisi kiri jalan akan terdapat bangunan mirip pos penjagaan yang sudah tidak terurus dan ada jalan setapak tanah kecil di depannya. Jalan setapak tanah itulah jalan masuk menuju area Curug Sanghang Taraje. Pada musim hujan, jalan setapak ini akan sangat licin bahkan terkadang longsor, jadi harus sangat berhati-hati.
Area di sekitar Curug Sanghyang Taraje cukup luas, bahkan ada jalan setapak yang cukup rimbun untuk mengikuti aliran Sungai Cikandang. Curug Sanghyang Taraje berada pada ketinggian ± 660 m atas muka laut. Ketinggian Curug Sanghyang Taraje sekitar 82 m. Aliran jatuhan dari Curug Sanghyang Taraje dimanfaatkan sebagai PLTm yang merupakan bagian dari PLTM Cibatarua.
Pengelolaan area wisata Curug Sanghyang Taraje sebenarnya berada di bawah Perhutani, tetapi hingga saat ini semakin terbengkalai. Curug Sanghyang Taraje sebenarnya dapat menjadi potensi objek wisata utama di Selatan Kabupaten Garut selain Curug Orok bila aksesibilitas dan area di sekitar Curug Sanghyang Taraje dibenahi.
Curug Sanghyang Taraje merupakan air terjun permanen, oleh karena itu, pada musim kemarau masih dapat ditemui volume jatuhan yang cukup besar meskipun tidak sebesar pada musim hujan. Pada musim hujan, volume jatuhan airnya sangat besar dan bila baru turun hujan, airnya akan sangat keruh. Curug Sanghyang Taraje memiliki klasifikasi dominan Segmented dan Ledge yang merupakan bentuk klasik dari satu air terjun.
Jatuhan air Curug Sanghyang Taraje yang terbagi menjadi dua dan sama persisi terkadang dapat memunculkan klasifikasi lain, yaitu Twin/Paralel. Perbedaan antara klasifikasi Twin/Paralel dengan Segmented yaitu dari sumber alirannya. Pada klasifikasi Segmenten sumber aliran hanya satu, sedangkan pada klasifikasi Twin/Paralel bisa saja sumber alirannya satu atau lebih dari dua. Hal inilah yang membuat klasifikasiTwin/Paralel menjadi klasifikasi minor.
Ledge merupakan bentuk klasik dari sebuah air terjun, yaitu satu aliran vertikal yang langsung jatuh dari ujung tebing, tetapi dalam hal ini, jatuhan air Curug Sanghyang Taraje sama sekali tidak mengenai dinding air terjun. Klasifikasi minor lainnya yaitu Cataract, karena pada musim hujan volume jatuhan airnya sangat deras, bahkan sebenarnya cukup menakutkan dibandingkan indah, sehingga klasifikasi Cataract muncul selama musim hujan. Bila diperhatikan, aliran jatuhan air pada sisi kiri air terjun (bila menghadap Curug Sanghyang Taraje) akan lebih besar dibandingkan dengan jatuhan air pada sisi kanan.
Penamaan Curug Sanghyang Taraje lebih banyak dipengaruhi oleh legenda setempat dan berdasarkan dari bentuk jatuhan airnya. Nama Sanghyang Taraje, erat kaitannya dengan legenda Sangkuriang di daerah Pakenjeng. Konon, pada jaman dahulu air terjun ini digunakan oleh Sangkuriang untuk naik ke langit mengambil bintang atas permintaan Dayang Sumbi. Di dekat air terjun ini juga terdapat sebuah batu berbentuk tapak raksasa yang konon itu adalah tapak Sangkuriang tetapi jarang sekali orang yang dapat menemuinya.
Sedangkan batu yang ada di bawah tepat air terjun menurut masyarakat setempat dipercaya sebagai tempat penyimpanan bintang (harta karun) Sangkuriang, tetapi konon tempat itu dijaga oleh Belut raksasa, dan seringkali dilihat oleh masyarakat. Penamaan lainnya pada Curug Sanghyang Taraje lebih didasari karena terdapat dua aliran jatuhan yang berdekatan dan sama besar serta sama derasnya sehingga mirip dengan taraje (tangga yang terbuat dari bambu). Penambahan ‘Sanghyang’ diperkirakan dikaitkan dari legenda Sangkuriang yag cukup terkenal di tanah Sunda.
Karena termasuk air terjun permanen, waktu berkunjung ke Curug Sanghyang Taraje dapat kapan saja, tetapi bila ingin melihat Curug Sanghyang Taraje pada waktu terbaiknya sebaiknya datang ketika mulai memasuki musim hujan dan akhir musim penghujan. Tidak disarankan untuk mengunjungi Curug Sanghyang Taraje pada puncak musim hujan, karena kondisi dan medan jalan yang cukup berbahaya.
Penulis: Ncandra
Lihat artikel menarik lainnya dalam https://dyaiganov.wordpress.com
Similarly, the discussion about the article Petualangan Di Curug Sanghyang Taraje, Hopefully with such a short review on the post Petualangan Di Curug Sanghyang Taraje this, You've really find information about what is needed now. If you feel bermanfaatt with their reviews here, do not forget to distribute to the people closest to you, the info service facility Share Share Facebook and Twitter are available on this site.
This time you're reading an article with the title Petualangan Di Curug Sanghyang Taraje with a url link address https://xivanpost.blogspot.com/2016/10/petualangan-di-curug-sanghyang-taraje.html thanks for reading and do not forget to read the other reviews as well.